Daftar Blog Saya

Rabu, 28 Oktober 2009

Gaji Menteri (Memang) Harus Naik

Ketika berita tentang kenaikan gaji menteri baru dibawah presiden SBY marak di surat kabar dan televisi, serta media masa lainnya, dua pendapat bertolak arah saling melukis warna pelangi.

***

Tidak sedikit pihak yang menyayangkan wacana kenaikan gaji tersebut. Mereka meminta para pejabat tinggi negeri ini menunjukkan kinerja yang baik terlebih dahulu. Rencana kenaikan gaji dirasa kurang pantas karena para menteri baru saja dilantik dan belum menunjukkan kinerjanya.

Sebagian lagi ada yang marah karena belum apa-apa mereka sudah akan dapat durian runtuh. Tentu akan lain ceritanya kalau durian runtuh itu menerpa kepala mereka. Harga durian yang “tidak seberapa” menjadi tekor untuk membiayai operasi kepala mereka yang bocor.

Golongan ini kurang lebih, berpendapat, “ Belum tentu mereka becus bekerja, sudah dikasih rejeki nomplok. Itu namanya pupulur memeh mantun!.”

Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, mengungkapkan pendapatnya dengan sewot, “Tidak punya muka saja kalau mengusulkan kenaikan gaji. Ini sangat melukai hati rakyat.”

Untuk pendapat ini para menteri wajib tersinggung atau merasa difitnah oleh Tulus Abadi karena sudah jelas kok muka mereka menclok di sana. Bahkan tidak tertutup kemungkinan mereka memiliki lebih dari satu muka. Untuk pendapat yang satu ini, bagi saya Tulus Abadi memang sudah keterlaluan.

Lebih ekstrim dia melanjutkan bahwa semua gaji dan tunjangan pejabat tinggi negara seharusnya diturunkan sebagai bentuk empati kepada masyarakat yang kini sedang hidup susah. “Apapun alasannya saya tidak setuju,” cetusnya.

Ini juga pendapat yang tidak masuk akal. Kalau orang-orang pada susah, memang para menteri tidak ada yang susah? Masa orang-orang pada naik, ini kok malah diturunkan. Tidak ada dalilnya kalau gaji menteri itu boleh diturunkan. Memang bendera, bisa di naikan dan diturunkan?

***

Kelompok yang berseberangan pendapat, dengan kepala tegak dan dada membusung, mengkonter argumen-argumen kampungan di atas, “kita ini bangsa besar dengan penghuni negeri terbesar kelima di dunia. Kalau data belum berubah.

Masa gaji pembantu istana negara besar lebih kecil dari sebuah negara kecil dengan jumlah penduduk beberapa gelintir saja! Akan di kemanakan harga diri bangsa besar ini kalau kita kalah dari negeri kecil itu. Mari kita tegakan harga diri kita dengan menaikan gaji para menteri kita.

“Tapi kan di negeri itu pendapatan rakyat nya jauh membumbung dibanding jumlah recehan yang masuk ke kantong tiap penduduk negeri ini!” kata sebuah pendapat mencoba mengingatkan dan ikut ikutan membandingkan.

Ketika mendengar pendapat di atas si pendukung gagah berani befikir sejenak. Kemudian keluarlah argument "cerdas"nya, “Pendapat itu tidak relevan dan tidak parallel dengan topik pembicaraan.

Lebih lanjut tifosi kenaikan gaji menteri itu mamaparkan bahwa dengan gaji para menteri yang begitu “kecil”, bagaimana bisa mereka menelurkan karya dan prestasi besar? Ngomong-ngomong menteri juga bertelur yah?

Nilai tambah kenaikan gaji menteri yang besar adalah kita bisa mengikis praktek korupsi karena para menteri akan bekerja dengan lebih focus tanpa dibebani fikiran urusan dapur.

Bagaimana kalau masih ada yang korupsi? Itu bukan masalah besar karena mereka sedang menyalurkan hobi saja. Jadi kerugiannya pun tidak akan begitu besar. Kalau sudah hobi bagaimana yah? Lagi pula hasil korupsi itu tidak akan lari kemana-mana kok. Pasti akan mereka gunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Anak, bini, suami, paman, bibi, enyak, dan babeh mereka juga rakyat Indonesia yang sah, kan?“

Gitu aja kok repot!”, kata Mas Tur.

Rencana cerdas kenaikan gaji menteri berikut pejabat negara ini juga mendapat persetujuan dari orang nomor satu Indonesia. Beliau memandang hal ini perlu karena selama lima tahun terakhir gaji presiden, wakil presiden dan menteri tidak pernah naik.

“Ini suatu hal yang langka dalam tata kelola pemerintahan kalau diukur secara internasional. Biasanya selalu ada penyesuaian,” kata Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal mereka ulang pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta.

Jadi demi menyetarakan diri dengan dunia international dan diakui secara internasional, kenaikan itu perlu, wajib, dan kudu hukum nya. Bukan begitu Pak Dino?

Ketua DPR RI Marzuki Alie pernah menyatakan, rencana kenaikan gaji menteri tidak harus dicurigai. Apalagi, sudah 5 tahun gaji menteri tidak mengalami kenaikan. Oleh karenanya, lanjut Marzuki, adalah hal yang wajar jika seorang menteri mendapat gaji yang layak mengingat tanggung jawab yang diemban sangat berat.

Dia melanjutkan “Sekarang saya tanya, boleh gak gaji menteri naik. Saya tidak bicara angka tapi sudah lima tahun gaji tidak naik. Gaji pegawai negeri saja setiap tahun naik, inflasi terus terjadi, barang-barang harganya juga terus naik. Jangan juga dibandingkan kerja menteri dengan buruh di pabrik. Kalau kerja sesuai UMR itu hanya sesuai keperluannya, sedangkan menteri bekerja untuk Negara.”

Apakah anda pernah mencurigai? Apakan anda bisa membedakan kerja menteri dengan buruh pabrik? Untuk yang pernah mencurigai, tolong hentikan mulai sekarang. Dan untuk mereka yang tidak mengerti perbedaan kerja menteri dengan buruh pabrik, sekarang sudah waktunya belajar mengerti. Itu berarti termasuk saya karena saya pun nggak pernah tahu kerja menteri itu seperti apa? Lha, wong belum pernah jadi menteri kok. Maaf yah para buruh pabrik, saya cuma mengutip kata-kata ketua DPR yang terhormat saja, lho!

***

Jadi?...

Apa nya yang jadi?...

Tentang kenaikan gaji para menteri dan pejabat Negara itu! Sutuju tidak?

Apakah setuju atau tidak setujunya saya akan mempengaruhi keputusan para pengambil keputusan tentang naik tidak naiknya gaji mereka? Saya tidak yakin suara saya yang tidak mencapai setengah oktaf ini akan sampai ke telinga mereka yang jauh di angkasa sana.

Yang saya yakini adalah betapa pun keras nya suara ocehan kafilah, Si Anjing akan menggong lebih keras sebelum kemudian berlalu.

***

Kesimpulan coretan ini adalah gaji menteri harus naik agar bertambah lah warga negara Indonesia yang lebih kaya. Akan lebih hebat lagi kalau kenaikan gaji para menteri ini diikuti dengan kenaikan gaji anggota DPR. Semakin banyak lah warga negera Indonesia yang bertambah kaya.

Terakhir, walau pun terlambat, saya ucapkan selamat kepada para menteri terpilih semoga harapan kenaikan gaji anda terkabul. Dan untuk sekedar basa basi, saya ucapkan salam untuk sekian puluh juta rakyat miskin, dianggap miskin, atau dibuat miskin oleh orang kaya di seantero negeri tercinta. 

Wahai orang-orang miskin, sudah makan kah anda hari ini?

Rabu, 21 Oktober 2009

TIPS & TRIK- Kiat Memotret dengan Telepon Seluler

Sebuah foto dengan telepon Sony Ericsson K510i berjudul
"Passion at the Right Time but Wrong Place" karya Asep Miftahudin.
Foto ini menjadi salah satu juara lomba memotret dengan HP yang diadakan
Harian Warta Kota akhir tahun lalu.

Memiliki telepon seluler dan sebuah kamera saku sekaligus sudah menjadi hal umum saat ini. Menelepon dan memotret santai (snapping) adalah kegiatan wajar orang modern karena kedua hal itu adalah bagian dari pergaulan yang didukung aneka jejaring sosial dunia maya.


Saat ini, setiap ada kegiatan memotret manusia, hampir pasti ada ujaran ini: ”Buat Facebook ya, buat Facebook...,” untuk menyebut nama sebuah sarana jejaring sosial lewat dunia internet yang sedang sangat populer.


Namun, membawa telepon seluler dan sebuah kamera pasti merepotkan sebagian orang. Pelan tetapi pasti, orang mulai mengandalkan telepon selulernya sekaligus sebagai kamera.


Saat ini banyak telepon seluler yang mutu kameranya sudah setara dengan kamera saku terbaik lima tahun lalu. Telepon seluler dengan kemampuan rekam 8 megapiksel, seperti Nokia N86, sudah mampu menghasilkan gambar yang tajam manakala dicetak sampai berukuran 40 cm x 60 cm.


Dengan kemampuan yang sudah setinggi itu, telepon seluler berkamera jelas sudah merupakan benda pengganti kamera saku. Tetapi, apakah dengan begitu kamera saku akan mati?


Pergeseran fungsi

Kenaikan kelas telepon seluler mengisi celah yang dimiliki kamera saku ternyata disiasati produsen kamera dengan ikut menaikkan kemampuan kamera saku. Saat ini kamera saku kelas atas punya kemampuan melebihi kamera SLR lima tahun lalu. Canon G-10, misalnya, punya kemampuan rekam 14 megapiksel. Bandingkan dengan kamera SLR rata-rata tahun 2004 yang masih berkemampuan sekitar 6 megapiksel.


Selain itu, aneka kamera saku yang ada saat ini sudah punya lensa-lensa bermutu sangat tinggi, selain juga memiliki fitur-fitur filter digital yang fungsional dan mengagumkan.


Kepraktisan telepon seluler bisa dilihat dari beberapa foto di halaman ini, misalnya, kecelakaan lalu lintas yang dipotret sambil mengemudi atau sebuah kecelakaan sangat unik di sekitar Pasar Palmerah. Dengan telepon seluler yang pasti selalu kita bawa, tidak ada peristiwa di depan mata kita yang akan terlewatkan untuk dipotret.


Pahami kemampuannya

Memakai telepon seluler sebagai perangkat kamera tidaklah bisa disamakan dengan memakai benda yang memang didesain sebagai kamera murni. Telepon seluler sampai saat ini masih menjadikan perangkat kameranya sebagai ”bonus”, artinya fungsi-fungsi memotret masih dikalahkan dengan fungsi utamanya sebagai alat telekomunikasi verbal.


Tombol pelepas rana dalam sebuah telepon seluler umumnya tidak terlalu ergonomis. Kalaupun posisinya cukup nyaman bagi jari, ukuran tombol pelepas rana juga terlalu kecil karena harus berkompromi dengan penampilan telepon secara keseluruhan.


Maka, untuk bisa mendayagunakan fungsi kamera dalam sebuah telepon seluler, hal pertama yang harus sangat disadari pengguna adalah memotret dengan telepon seluler harus dengan kiat khusus.


Kiat pertama adalah posisi telepon seluler harus benar-benar diam saat tombol rana ditekan. Goyangan sedikit saja akan membuat gambar yang dihasilkan sangat kabur. Ketidakmampuan menyerap getaran adalah kelemahan utama kamera telepon seluler.


Kiat kedua adalah jangan menekan tombol pelepas rana seketika. Berikan waktu kepada lensa untuk memfokus dulu, baru tekan tombol dalam-dalam. Kalau pada kamera biasa, ada mesin otofokus. Pada telepon seluler pun ada, tetapi kemampuannya jauh lebih kecil karena ukurannya juga jauh lebih kecil.


Kiat ketiga adalah atur agar aktivasi fungsi kamera masuk dalam deret atas menu. Aturlah agar shortcut' fungsi kamera ada pada tombol utama. Tiap kali ingin memotret, Anda bisa dengan cepat melakukannya.


Kemudian, kiat keempat adalah berlatihlah untuk bisa memotret, tetapi dengan gaya seakan menelepon.


Kiat terakhir ini sangat berguna, terutama kalau kita ingin membuat foto tanpa ketahuan orang lain. Bukan untuk maksud jahat, tetapi sering kita harus melakukan hal ini, misalnya untuk memotret orang yang kita curigai.


Kompas beberapa kali mencoba memotret di tempat yang dilarang untuk memotret, seperti di dalam mal besar atau di dalam pabrik tertentu. Tanpa bermaksud jahat, kegiatan pura-pura menelepon selalu bisa mengecoh orang yang ditugaskan untuk mengawasi upaya pemotretan ini.


Sementara kiat terakhir adalah perlakukan telepon seluler Anda dengan sangat baik. Lensa kamera sebuah telepon seluler sering tergores karena pemakainya ceroboh. Pada telepon seluler yang tidak punya tutup lensa, ada baiknya sang pemilik membungkus teleponnya dengan aneka kantong yang mudah didapatkan di gerai-gerai seluler.


Telepon seluler memang bukan pilihan utama dalam fotografi. Namun, pada masa depan, bukan mustahil kemampuan fotografi telepon seluler sudah cukup untuk semua keperluan manusia normal.


Sumber: Kompas cetak

by: ARBAIN RAMBEY