Daftar Blog Saya

Senin, 21 Desember 2009

(Ada) Pasar Tumpah di Jakarta

Jika ada pemberitaan tentang Pasar Tumpah di Jalur pantura ketika mendekati waktu musim "Mudik" Lebaran, itu bukan berita. Tapi kalau ada Pasar tumpah dijakarta mungkin orang akan bertanya-tanya. Di daerah mana?

Pada gambar yang berhasil saya abadikan di daerah Cijantung dari arah Jalan Lebak Para menuju Kopasus, ada semacam Pasar Tumpah mini. Memang, sih, tidak cukup pantas dikatakan "pasar" karena yang dagangnya cuma segelintir. Tapi kalau Pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, kemudian ada trannsaksi, ya, bisa juga dong?

Tanpa memperhatikan keselamatan sendiri dan juga para pengendara kendaraan roda dua--roda empat dalam waktu normal tidak bisa masuk--yang lumayan padat, terutama pagi dan sore, dengan tenang dia menunggu pelanggan dan meleyaninya ketika mereka datang.

Untuk mereka yang berkeinginan memanfaatkan telefon umum harus bersabar sampai si Mbok beres beres dagangannya nanti siang.

Tak tahu siapa yang salah. Mungkin Si Mbok pedagang atau mungkin para pembelinya. Atau Pak RT dan Pak RW yang "tidak" menegur. Tau tidak ada yang salah karena sudah dianggap biasa?

Rumput yang bergoyang tak bisa berkata apa-apa.

Menggantikan Tugas Polisi

Jika anda sering melintasi jalan simatupang dari arah pasar rebo, anda akan menjumpai seorang Bapak yang dengan sigap dan bersemangat "mengatur" lalulintas di lampu merah pertama setelah perempatan Pasar Rebo.


Si Bapak menjadi menarik karena, maaf, tubuhnya yang cebol. Jika dia tidak ada, lalulintas di sini sangat kacau. Kendaraan, terutama, dari arah barat yang akan belok ke arah kopasus, biasa seenaknya nyelonong tanpa mempedulikan warna lampu lalulintas yang sedang menyala. Tapi bukan berarti kalau Si Bapak Cilik ini ada, pengemudi menjadi semakin teratur.

Saya acungkan dua jempol jari untuk "pahlawan tanpa tanda jasa" ini. bukan, bukan karena mampu membuar lalulintas menjadi semakin tertib dan disiplin, tapo karena kegigihannya dalam "menunaikan tugas. Bravo, Pak!

Selasa, 08 Desember 2009

Ada Cinta Ketika Hujan Turun

Ketika hujan mulai turun, cinta itu mulai menampakan batang hidungnya. Mulanya sih ragu dan malu, tapi selanjutnta? Terserah anda...!




















Pura pura garuk kepala ah. Padahal emang udah "gatel".





















Tangan di punggung kan ngak apa apa, yah?





















Tapi kok makin dingin aja nih. Mumpung lampu mati lagi. Ini baaaaaruuuuu uenaaaaaaak!

Senin, 07 Desember 2009

Prita, Itulah Akibatnya kalau coba-coba…

Sebuah gempa bumi berkeuatan lebih dari tujuh skala Richter kembali mengguncang bumi nusantara. Akibat yang ditimbulkan sangat luar biasa walau pun belum dilaporkan adanya korban jiwa.


Dengan episentrum di kota tetangga Jakarta, Tangerang, efeknya bisa dirasakan di setiap penjuru negeri. Jutaan simpati untuk korban utama Prita, berton ton antipasti terhadap si pendorong gempa yang sarat uang dan juga keangkuhan , bergalon galon ketidakpercayaan terhadap penegakan hukum dan keadilan, sampai terkumpulnya berkaleng kaleng koin kepedulian terhadap sesama yang sedang dilanda prahara karena keadilan sedang diujung fase menuju kematian menjadi bukti betapa dahsyatnya akibat gempa itu.


204 juta dalah sebuah ongkos yang harus dibayar korban utama gempa akibat kebodohannya. 204 juta adalah sebuah harga yang sangat wajar untuk seorang anak manusia yang ceroboh karena menyeberang jalan tanpa lihat kiri kanan di sebuah lalulintas dimana monstyer-monster bertampang manis dan terhormat baerseliweran yang tanpa ampun akan melindas siapa saja yang tidak hati-hati melangkahkan kakinya.


“Itulah akibatnya kalau bermain-main dengan kami,” mungkin itu kalimat yang keluar dari mulut mereka yang cantik tapi beracun serangga mematikan itu ketika mendengar dendang suara merdu sang pengadil memutus perkara dan dentam nyaring palu hakim tiga kali berturut-turut.


Tapi nampaknya gempa dahsyat itu bukan yang terakhir. Itu hanyalah satu episode dari serangkaian episode. Sebagian telah dimainkan dan setidaknya satu atau dua episode lainya akan segera menyusul.

Episode ke depan mungkin akan semakin meluluhlantakan Prita dan sekian juta manusia penduduk negeri yang hatinya masih berfungsi. Atau mungkin membalikan akibat dari gempa menjadi menentramkan jiwa yang haus akan penegakan hukum dan keadilan seperti yang seharusnya.


Dengan sebuah ketapel kebenaran dan keadilan yang didukung oleh keyakinan kebenaran, David mampu membidik jatuh Goliat yang gagah berani, pongah, dan serakah.

Ketika waktunya tiba, koin-koin manusia liliput itu akan menghunjam tepat ke dalam ulu hati raksa bergelimang permata yang sombong itu.


“Kami para liliput bersamamu, Prita!

Selasa, 01 Desember 2009

Curug Cilember Puncak


Curug Cilember berlokasi di daerah Bogor. Tepatnya berada di Desa Jogjogan Keca-matan Cisarua, 20 Km dari Bogor. Bila me-ngendarai mobil dari Jakarta bisa ditempuh dalam waktu 1,5 jam.

Banyak yang belum mengetahui keberadaan dan keindahan dari Curug Cilember ini. Padahal Curug Cilember mempunyai daya tarik tersendiri, dengan kesejukan alamnya yang terasa segar dan alami. Begitu mendekati area wana wisata Curug Cilember, Anda sudah bisa merasakan nuansa kesejukan dan kesegaran, diiringi gemericik air laksana musik nan merdu, ditambah pula dengan panorama alam yang begitu indah.

Keramahan alam, dengan bunga Anggrek yang begitu mempesona baik yang alami maupun hasil silang turut menyambut kedatangan Anda setiba disini. Anda dapat menyaksikan kecantikan 12 spesies satwa kupu-kupu di taman bunga. Satwa ini terpelihara dan terjaga dengan baik.

Disini terdapat pula Laboratorium penangkaran kupu-kupu yang akan melengkapi pengetahuan Anda tentang satwa kupu-kupu dari berbagai jenis. Selain itu, kami menyediakan Camping Ground, untuk Anda yang ingin beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke obyek utama Curug Cilember.

Bagi Anda yang ingin bermalam disini, tersedia fasilitas penginapan yang berada diantara pohon-pohon pinus yang rindang. Salah satu obyek yang menarik disini adalah terdapatnya tujuh (7) curug berurutan dengan airnya yang jernih, segar mengalir sampai ke sungai Cilember, Cisarua. Semuanya dapat kita nikmati dengan berjalan mendaki di sela-sela pohon Pinus. Untuk sampai ke Curug yang ke tujuh waktu yang ditempuh lebih kurang 3 jam berjalan kaki.

Bagi Anda yang mempunyai hobi hiking maupun tracking, setelah melewati ke tujuh curug tadi Anda dapat melanjutkan petualangan dengan mendaki hutan pinus. Anda dapat menyaksikan keindahan hutan pinus yang sangat alami. Sungguh pengalaman indah yang tak terlupakan. Ajaklah keluarga Anda untuk menyaksikan keindahan Curug Cilember. (PV
)