Daftar Blog Saya

Rabu, 21 Oktober 2009

TIPS & TRIK- Kiat Memotret dengan Telepon Seluler

Sebuah foto dengan telepon Sony Ericsson K510i berjudul
"Passion at the Right Time but Wrong Place" karya Asep Miftahudin.
Foto ini menjadi salah satu juara lomba memotret dengan HP yang diadakan
Harian Warta Kota akhir tahun lalu.

Memiliki telepon seluler dan sebuah kamera saku sekaligus sudah menjadi hal umum saat ini. Menelepon dan memotret santai (snapping) adalah kegiatan wajar orang modern karena kedua hal itu adalah bagian dari pergaulan yang didukung aneka jejaring sosial dunia maya.


Saat ini, setiap ada kegiatan memotret manusia, hampir pasti ada ujaran ini: ”Buat Facebook ya, buat Facebook...,” untuk menyebut nama sebuah sarana jejaring sosial lewat dunia internet yang sedang sangat populer.


Namun, membawa telepon seluler dan sebuah kamera pasti merepotkan sebagian orang. Pelan tetapi pasti, orang mulai mengandalkan telepon selulernya sekaligus sebagai kamera.


Saat ini banyak telepon seluler yang mutu kameranya sudah setara dengan kamera saku terbaik lima tahun lalu. Telepon seluler dengan kemampuan rekam 8 megapiksel, seperti Nokia N86, sudah mampu menghasilkan gambar yang tajam manakala dicetak sampai berukuran 40 cm x 60 cm.


Dengan kemampuan yang sudah setinggi itu, telepon seluler berkamera jelas sudah merupakan benda pengganti kamera saku. Tetapi, apakah dengan begitu kamera saku akan mati?


Pergeseran fungsi

Kenaikan kelas telepon seluler mengisi celah yang dimiliki kamera saku ternyata disiasati produsen kamera dengan ikut menaikkan kemampuan kamera saku. Saat ini kamera saku kelas atas punya kemampuan melebihi kamera SLR lima tahun lalu. Canon G-10, misalnya, punya kemampuan rekam 14 megapiksel. Bandingkan dengan kamera SLR rata-rata tahun 2004 yang masih berkemampuan sekitar 6 megapiksel.


Selain itu, aneka kamera saku yang ada saat ini sudah punya lensa-lensa bermutu sangat tinggi, selain juga memiliki fitur-fitur filter digital yang fungsional dan mengagumkan.


Kepraktisan telepon seluler bisa dilihat dari beberapa foto di halaman ini, misalnya, kecelakaan lalu lintas yang dipotret sambil mengemudi atau sebuah kecelakaan sangat unik di sekitar Pasar Palmerah. Dengan telepon seluler yang pasti selalu kita bawa, tidak ada peristiwa di depan mata kita yang akan terlewatkan untuk dipotret.


Pahami kemampuannya

Memakai telepon seluler sebagai perangkat kamera tidaklah bisa disamakan dengan memakai benda yang memang didesain sebagai kamera murni. Telepon seluler sampai saat ini masih menjadikan perangkat kameranya sebagai ”bonus”, artinya fungsi-fungsi memotret masih dikalahkan dengan fungsi utamanya sebagai alat telekomunikasi verbal.


Tombol pelepas rana dalam sebuah telepon seluler umumnya tidak terlalu ergonomis. Kalaupun posisinya cukup nyaman bagi jari, ukuran tombol pelepas rana juga terlalu kecil karena harus berkompromi dengan penampilan telepon secara keseluruhan.


Maka, untuk bisa mendayagunakan fungsi kamera dalam sebuah telepon seluler, hal pertama yang harus sangat disadari pengguna adalah memotret dengan telepon seluler harus dengan kiat khusus.


Kiat pertama adalah posisi telepon seluler harus benar-benar diam saat tombol rana ditekan. Goyangan sedikit saja akan membuat gambar yang dihasilkan sangat kabur. Ketidakmampuan menyerap getaran adalah kelemahan utama kamera telepon seluler.


Kiat kedua adalah jangan menekan tombol pelepas rana seketika. Berikan waktu kepada lensa untuk memfokus dulu, baru tekan tombol dalam-dalam. Kalau pada kamera biasa, ada mesin otofokus. Pada telepon seluler pun ada, tetapi kemampuannya jauh lebih kecil karena ukurannya juga jauh lebih kecil.


Kiat ketiga adalah atur agar aktivasi fungsi kamera masuk dalam deret atas menu. Aturlah agar shortcut' fungsi kamera ada pada tombol utama. Tiap kali ingin memotret, Anda bisa dengan cepat melakukannya.


Kemudian, kiat keempat adalah berlatihlah untuk bisa memotret, tetapi dengan gaya seakan menelepon.


Kiat terakhir ini sangat berguna, terutama kalau kita ingin membuat foto tanpa ketahuan orang lain. Bukan untuk maksud jahat, tetapi sering kita harus melakukan hal ini, misalnya untuk memotret orang yang kita curigai.


Kompas beberapa kali mencoba memotret di tempat yang dilarang untuk memotret, seperti di dalam mal besar atau di dalam pabrik tertentu. Tanpa bermaksud jahat, kegiatan pura-pura menelepon selalu bisa mengecoh orang yang ditugaskan untuk mengawasi upaya pemotretan ini.


Sementara kiat terakhir adalah perlakukan telepon seluler Anda dengan sangat baik. Lensa kamera sebuah telepon seluler sering tergores karena pemakainya ceroboh. Pada telepon seluler yang tidak punya tutup lensa, ada baiknya sang pemilik membungkus teleponnya dengan aneka kantong yang mudah didapatkan di gerai-gerai seluler.


Telepon seluler memang bukan pilihan utama dalam fotografi. Namun, pada masa depan, bukan mustahil kemampuan fotografi telepon seluler sudah cukup untuk semua keperluan manusia normal.


Sumber: Kompas cetak

by: ARBAIN RAMBEY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar