Daftar Blog Saya

Minggu, 31 Mei 2009

Jangan Pilih Mereka...

Ahirnya saya mulai berani memulai coretan tentang para calon penguasa republik tercinta ini setelah menunggu sepenanakan nasi. (Masih ingatkah anda dengan istilah terakhir?) Sedianya, saya berniat mencorat-coret para calon penguasa ini setelah mereka dengan gagah berani mamaklumatkan diri mereka di tempat yang tidak seragam. Tapi setengah dari mereka prnah berseragam, lho!


Saya belum juga melakukannya bukan karena kekurangan bahan coretan, tapi karena saya takut. Lho, kok takut? Seseram itu kah mereka? Bukan, bukan begitu! Saya cuma ingin mempertahankan kenetralan, netral senetral netralnya... Dari semula saya berniat menulis mereka berurutan dari satu sampai tiga. Ada kemungkinan saya diangap pendukung pasangan yang saya urutkan di nomor pertama. Tapi sekarang keadaan sudah kondusif, aman dan terkendali karena mereka sudah punya nomor sendiri-sendiri. Jadi saya tidakusah repot-repot meminjami mereka nomor urut.


Yang saya curat coret di bawah ini bisa menjadi bahan bagi anda untuk memilih atau tidak memilih mereka. Atau sebagai bahan perbandingan saja. Atau tidak usah dilirik sama sekali karena anda pun sudah tahu semua, mungkin lebih dulu tahu dan lebih banyak tahu dari pencoretnya.

Kita mulai dengan pasangan pertama: Mega-Pro, penguasa nomor urut satu. Menurut sang empunya SATU adalah yang terbaik. Ditinjau dari singkatan, sebetulnya akronim Mega-Pro tidak cocok, dan terkesan dipaksakan. Bukan kah lebih masuk akal sehat kalau Mega-Pra? Yang ini akan menjadi singkatan nama mereka. What’s in a name? Mudah mudahan saja pemerkosaan akronim ini merepresentasikan cita-cita luhur mereka yang sudah didengung-dengungkan dari pertama mereka menghitung berapa besar biaya kampanye mereka. Mudah-mudahan saja artinya pasangan ini PRO wong cilik, bukannya PRO klub sendiri dan PRO yang membiayai kampanye mereka.


Pasangan dengan nomor urut satu ini telah ”membuktikan” keberfihakan mereka pada wong cilik dengan menggelar pesta sampah dengan biaya murah. Walaupun biaya pesta yang menurut mereka super murah itu bisa untuk membeli rumah yang mewah untuk ukuran wong cilik, bahkan bagi masyarakat kelas menegah pun. Tapi untuk mereka yang diutnya bru dijuru, bro di panto, ngalayah di tengah imah dan yang lubak libuk punya kebon lobak sampai teu kalebok, uang segitu mah, satai kuku.

Tak apa-apa sedikit mahal (sedikit kok mahal?)! Itu kan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih berfihak pada wong cilik! ”Berfihak pada wong cilik apa nya?”, celetuk salah seorang wong cilik yang tak tahu diri.

Tak apa apa menghirup udara ”segar” sampah beberapa saat asalkan kredit tanpa agunan untuk wong cilik bisa menjadi kenyataan.


Tak apa-apa mengandalkan AC alam beberapa saat, asalkan peguasaan sumber daya alam negeri yang digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan wong cilik bisa terwujud.

Tak jadi masalah kalau permintaan kepada anak negeri yang baertindak sedikit ”nakal” untuk minggat keluar jauh dari perbatasan tidak terulang lagi.


Dan mudah-mudahan saja moratorium hutang, yang juga berarti penghentian renegoisasi term hutang yang mereka janjikan , bukan isapan jempol. Berhenti menjadi penghutang paling ulung!

Ada satu pertanyaan nakal dari seorang anak nakal. Dulu, kalau tidak salah, dia pernah ada di sana, yah! Ngapain aja dia dulu, yah? Au ah...


Waktu sangat terbatas. Sebelum kehabisan waktu (baca: sebelum malakan Maut mengetuk pintu), mari kita berlanjut ke pasangan mesra selanjutnya, yang ke dua: SBY berbudi. Istilah ini elok didengar. Mudah-mudahan artinya kedua calon ini memiliki budi yang luhur yang mau bejuang untuk kepentingan penghuni negeri. Dan bukannya seorang calon penguasa, yang saat ini sedang berkuasa, yang digelayuti Neo-lib pengemar WILD WILD WEST.


Sebuah pesta VAGANZA telah mereka persembahkan untuk negeri ini. Menurut laporan si Konon, tidak kurang dari dua milyar telah mereka habiskan untuk pesta ini. Masa semalan habis dua milyar? Tak masalah berapa pun uang yang perlu dikeluarkan pasati bisa terkumpul selama untuk kepentingan rakyat. Rakyat yang mana?

Menurut mereka nomor urut DUA yang bersanding dengan kedua calon ini pemberian Tuhan, karena mereka tidak merasa memilih. Sebaik itu kah Tuhan pada mereka? Tuhan itu baik pada semua, termasuk saya dan anda. Bukan Cuma satu angka beratus-ratus bahkan beribu-ribu atau bisa jadi berjuta-juta deret angka sudah Dia berikan pada kita. Fabiayyi aalaa irobbikumaatukaddibaan! Untuk para ustad, kiyai, dan pak Haji, saya mohon maaf kalau salah dalam penulisan dan mohon koreksinya!


Si Konon juga malaporkan, calon penguasa, yang saat ini sedang berkuasa, ini merupakan salah satu dari 100 orang yang paling berpengaruh di jagad ini. Mudah-mudahan kalau bener begitu. jadi segala potensi yang mereka miliki bisa berguna untuk kamaslahatan negeri ini.


Jadi? Kalau kembali ”dipercaya” , silahkan pengentasan kemiskinan, pemangkasan pengangguran, dan perbaikan ekonomi penduduk negeri ini dilanjutkan. Walaupun beberapa fihak menunjuk angka-angka kemiskinan dan pengangguran justru makin menanjak. Berarti tingkat kemakmurannya tidak naik juga dong? Au ah!

Semoga pula penurunan hutang, dan juga berarti menghentikan hutang, dari para pengendali ekonomi dunia yang mereka janjikan bukan pepesan kosong melompong. Dan membebaskan negeri ini dari jeratan rente di leher-leher penduduk negeri.


Yang terahir No 3: JK-Win. Maaf saja kalau lagi-lagi saya katakan akronim ini tidak tepat, kecuali nama yang kedua adalah Winarto. Harusnya kan, JK-Wir. Atas nama modal untuk kampanye dan pencitraan, kembali pemerkosaan akronim tidak boleh diprotes. Kalau protes juga siapa yang mau denger?

Kurang lebih akronim yang mereka ciptakan artinya mereka kudu menang, harus menang, menang nggak menang yang penting menang. Lagian kalau mau kalah, mah nggak akan ikut pacuan kuda atuh!


Mudah-mudah kemenangan yang mereka dapat--kalau mereka menang, lho!--adalah kemenangan untuk rakyat, bukannya kemenangan untuk para saudagar pemegang saham. Semoga cinta produksi dalam negeri yang mereka dengungkan tidak sebatas memakai sepatu made-in Cibaduyut, tapi diikuti dengan kecintaan mereka terhadap rakyatnya.


Dan seperti dua pasangan sebelumnya, mereka pun menyinggung isu krusial negeri ini, hutang. Semoga benar pendapat mereka bahwa untuk banyak hal, hutang dari para rentenir itu tidak diperlukan! Dan kita bisa teriak, ”Bebas, euy!”.


Saya setuju kalau kelak mereka bisa bersanding di sana bisa ngebut. Tapi harap hati-hati! Kalau ngebut harus lihat kiri kanan karena bisa-bisa bukannya sampai lebih cepat tapi malahan nabrak beringin di pinggir jalan. Alhasil? Mobil penyok, tujuan jauh dimata, jauh di hati!

***

Terahir saya mohon maaf kalau judul yang saya buat di atas dianggap mempropokasi suatu tidakan yang pernah diharamkan dan ahirnya dianulir pula oleh kelompok sarat ilmu itu. Dianulir karena mungkin telah terjadi off-side (meminjam istilah Teh Endah) sebelumnya.

Perlu saya luruskan, walaupun sebenarnya tidak bengkok. Yang saya maksud adalah: Jangan pilih mereka kalau tidak memihak rakyat, jangan pilih mereka kalau berdusta, dan jangan pilih mereka kalau mereka cuma haus kekuasaan dan mempertebal kulit perut. Kalau mereka bagus semua? Itu lebih mudah karena anda bisa memilih sambil tutup mata, atau hitung kancing. Kalau jelek semua? Pilih saja pasangan ke-empat! Nggak haram (lagi) kan?


Ada sebercak tanda yang mungkin juga menjadi tanda masa depan negeri ini menuju keadaan yang lebih baik. Mereka semua sudah pandai SALAMAN, tanpa kecuali. Pun mereka yang sudah tidak bersalaman selama lima tahun. Tapi dipikir-pikir mendingan tidak salaman selama lima tahun dari pada salaman selama lima tahun, yah! Pegel tau! (AM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar