Jika ada pemberitaan tentang Pasar Tumpah di Jalur pantura ketika mendekati waktu musim "Mudik" Lebaran, itu bukan berita. Tapi kalau ada Pasar tumpah dijakarta mungkin orang akan bertanya-tanya. Di daerah mana?
Pada gambar yang berhasil saya abadikan di daerah Cijantung dari arah Jalan Lebak Para menuju Kopasus, ada semacam Pasar Tumpah mini. Memang, sih, tidak cukup pantas dikatakan "pasar" karena yang dagangnya cuma segelintir. Tapi kalau Pasar diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, kemudian ada trannsaksi, ya, bisa juga dong?
Tanpa memperhatikan keselamatan sendiri dan juga para pengendara kendaraan roda dua--roda empat dalam waktu normal tidak bisa masuk--yang lumayan padat, terutama pagi dan sore, dengan tenang dia menunggu pelanggan dan meleyaninya ketika mereka datang.
Untuk mereka yang berkeinginan memanfaatkan telefon umum harus bersabar sampai si Mbok beres beres dagangannya nanti siang.
Tak tahu siapa yang salah. Mungkin Si Mbok pedagang atau mungkin para pembelinya. Atau Pak RT dan Pak RW yang "tidak" menegur. Tau tidak ada yang salah karena sudah dianggap biasa?
Rumput yang bergoyang tak bisa berkata apa-apa.
sama seperti judul blog anda, hidup itu penuh misteri, semua yang ada di dunia ini ada manfaatnya begitupun dengan peristiwa atau kejadian yang kita temui, mungkin kejadian itu merugikan bagi kita namun itu bermanfaat bagi orang lain. contohnya orang yang membuang sampah di jalanan, tentu itu sangat merugikan kita dan lingkungan tersebut, dan itu kalau kita hanya melihat dari kerugian saja, padahal akibat adanya orang yang membuang sampah sembarangan itu akan muncul beberapa profesi baru yaitu tukang sapu jalan dan tentunya bisa mengurangi dampak pengangguran bukan? jadi yang terpenting bukan saling menyalahkan tetapi melihat apa yang diakibatkan dari berbagai sisi.
BalasHapusNampaknya Bung Yusup suka berkontemplasi yah? Salut...
BalasHapus