Daftar Blog Saya

Selasa, 02 Februari 2010

Anjing Buduk dan Babi Bau

Kehadiranku bukanlah impian manusia bermartabat tinggi. Orang lebih mungkin mencibir dan menghardik ku daripada memberi senyuman ramah dan menyambut ku dengan hangat. Bukan, bukan cuma manusia, istriku pun yang derajatnya tidak lebih terhormat dari ku, yakni seekor babi bau, telah memutar drastis sikapnya 180 derajat.sekarang untuk sekedar melihat muka ku pun dia kelihatan jijik. Kenapa? Karena aku hanyalah seekor Anjing Buduk!

Lain ceritanya di tahun pertama sampai ketiga usia perkawinan kami. Dia selalu memenjakan telingaku dengan puja puji. Dikatakannya bahwa aku adalah anjing buduk terganteng di antara anjing buduk lainnya. Aku adalah anjing buduk yang paling pintar berkelakar yang bisa membuat dia terpingkal pingkal memamerkan mulut dan giginya yang hitam dan bau karena terlalu sering berkubang dalam lubang pembuangan kotorannya sendiri.

Setiap hari kami memuaskan kelamin masing masing, mengumbar syahwat. Kami takan berhenti sebelum aku mengeluarkan isi kelamin terekhirku yang bercampur angin dan dia kehabisan pelumas untuk melancarkan gerak kalaminku dalam rongga kelaminnya. Atau kami akan berhenti sampai kami berdua tak sanggup untuk bergerak lagi

Setelah selesai memuaskan syahwat masing-masing kami menceburkan diri ke dalam kubangan lumpur yang bercampur tahi dan air kencing untuk memulihkan kembali tenaga dan menyegarkan tubuh kami.

Kami sangat menikmati kobaran sorga dunia itu sehingga kami lupa bahwa kami adalah mahluk hina tak berharga, seekor anjing buduk yang sering menikmati saat saat mengunyah bangkai tikus atau daging busuk rumah makan padang yang dirubungi lalat dan dirayapi belatung, dan seekor babi bau yang senang berkubang di genangan lumpur bercampur kotoran binatang dan bangkai.

Tak banyak kesulitan bagi ku untuk memasuki dunia kubangan tai istriku, dan dia pun dengan enteng memasuki gebang dunia daging busuk ku tanpa masalah berarti.

Dunia kami berbeda tapi sekaligus sama. Berbeda karena tidak berasal dari tempat yang sama secara geografis, dan dari species yang berbeda pula. Tapi sama karena dunia kami dan dunia dia seragam dalam hal jorok, bau, dan menjijikan serta memuakan.

Walaupun dunia kami dunia busuk, walau pun kami mahluk hina, ada satu mukjijat yang terjadi pada kami. Istriku melahirkan seorang anak yang ketampanannya menandingi pangeran keraton, dan kepintarannya mengalahkan anak-anak manusia terpintar di dunia ini.

Dan ajaibnya, dia tak malu punya ayah seekor anjing dan dilahirkan oleh seekor babi yang baunya menyengat hidung setiap mahluk yang ada di dekatnya.

Anak kami adalah anak berbakti yang bejalan dengan dua kaki. Dia menganggap ayah ibunya sebagai anugerah terindah yang dia terima dari sang Maha Pencipta. Dia tak ingin menggantikan kami dengan orang tua angkat yang lebih “beradab” dan tentunya lebih wangi.

Ekonomi kami adalalah ekonomi kelas sandal jepit yang putus talinya dengan kandang yang dirancang agar cocok untuk seekor anjing buduk dan babi bau. Rumah ini cocok bagi kami berdua tapi tidak untuk putera kami. Tapi, dia tidak pernah mengeluh. Anak seganteng sebetulnya tidak cocok tinggal di kandang bau yang kami miliki.

Entah apa sebabnya makanan kami yang jauh dari higienis dan tak layak dimakan manusia tidak membuat dia kekurangan giji, tapi malah membuat dia tumbuh sehat dan cerdas.

Dan pakaian yang kami berikan berubah menjadi indah setelah dikenakan dia. Dan pakaian itu membuat dia menampakan ketampanan dan kecerdasannya.

Sering manusia dan mahluk lainnya penghuni planet bumi ini sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi di dunia ini. Sebagian dari mereka hanyalah sedikit mengerti atau pura pura mengerti. Tidak lah benyak dari mereka yang mengrti kecuali hanya sedikit. Begitu pun dengan apa yang terjadi dengan keluarga kami, kebanyakan manusia dan mahluk yang lebih beradab dan yang lebih biadab dari kami merasa heran dengan apa yang terjadi dalam keluarga kami.

Walau pun aku bukan tergolong anjing buduk yang cerdas, aku sering menggunakan otak ku yang segini-gininya itu untuk berfikir. Dan kali ini aku berfikir bahwa anak yang telah Tuhan berikan ini adalah sebagai salah satu tanda kebesarannya. Tah ada hal masuk akal lainnya yang mampu aku fikirkan.

☺☺☺☺☺☺☺☺☺

Malam itu aku baru sampai rumah setelah seharian membanting tulang mencari sesuap daging sisa lemparan rumah makan padang atau warteg. Walau pun aku seekor anjing buduk, aku adalah seekor anjing buduk yang betanggungjawab. Aku bekerja untuk memberi makan dan membeli pakaian untuk keluargaku.

Tapi hasil kerjaku tidak selalu cukup untuk kami bertiga. Untuk mengatasi masalah itu, istri ku pun bekerja untuk turut serta menopang ekonomi keluarga.

Bangkai binatang, potongan daging berhasil yang berhasil ku kumpulkan dari hasil mengais ngais sering tak cukup untuk makan kami bertiga. Dan dari hasil endusannya istriku pun membawa pulang beberapa helai cacing atau umbi-umbian. Kadang hasil yang dia dapat melebihi yang aku bawa pulang.

Begitu lah kisah hidupku yang begitu istimewa. Tidak banyak orang lain mengalami kehidupan seperti keidupankau yang luat biasa. 

1 komentar: