Menyadari kalau diri ini bukan termasuk kategori manusia cerdas, saya berharap generasi di bawah saya akan melebihi generasi di atasnya dalam hal kecerdasan. Itu lah sebabnya ketika mendapatkan kepercayaan dari Sang Penguasa jagat raya dan seisinya untuk mendapatkan keturunan demi berkesinambungannya keturunan Adam, saya berdoa pada Sang Pencipta agar keturunan saya itu dikarunia kecerdasan. Ya, kalau saya tidak sempat menjadi manusia cerdas, saya akan tetap berbahagia memiliki penerus yang tidak mewarisi ketidakcerdasan ayahnya.
Tidak, saya tidak sedang meratapi nasib diri karena menjadi orang tidak cerdas. Walaupun menyadari ketidakcerdasan diri, tapi saya tidak terlalu bodoh untuk mengkufuri apa yang telah Allah berikan. Saya yakin Allah maha tahu apa yang pantas dan tidak pantas saya dapatkan.
Mungkin, ini hanya mungkin, kalu saya deberi kecerdasan oleh Sang Murbeng alam, tenaga saya tidak akan mampu memikulnya. Maka kecerdasan itu akan mengombang ambing saya ke sana kemari, kemana dia mau. Dan bukannya menolong saya, bisa-bisa kecerdasan itu mencelakan saya.
Mungkin saja dia membawa ku ke gemerlap kemewahan duniawi dan menyebabkan aku memanfaatkan kepintaran ku untuk minterin orang, mengutak atik angka supaya angka angka itu masuk ke rekening pribadi saya atau konco saya padahal itu haknya orang lain. Atau kecedasan ku itu dimanfaatkan untuk menggerogoti jembatan, jalan tol, dan banyak lagi jenis proyek yang berbau harum dan mengundang sahwat perut orang-orang cerdas yang tak kenal kata kenyang.
Bukan, kecerdasan anak saya bukan untuk mencari kemewahan gemerlap dunia atau untuk mempertebal kulit penutup usus, dan teman-teman nya. Saya berharap kecerdasan yang ia dapatkan kelak akan berguna bagi dia sendiri dan juga orang-orang desekelilingnya sebanyak yang dia mampu usahakan.
Harapan yang lama tersimpan dalam angan ini aku kejawantah kan dalam doa, dan nama yang keberikan padanya pun adalah sebuah do’a. Ya, kupanggil dia Kinanti Nabiila Puteri.
Kinanti adalah sebuah nama untuk satu jenis seni tembang dalam kesenian sunda. Kinanti merupakan salah satu dari 17 pupuh sunda. Mengapa tidak Magatru atau Dangdanggula, itu juga kan bagian dari pupuh? Aku pilih Kinanti karena terasa lebih enak didengar untuk nama seorang wanita, karena kalau anak saya laki laki akan ku beri nama Asmarandana. Nabiila secara literal berarti cedas, dan Puteri berarti seorang wanita yang memiliki sifat-sifat yang seharusnya dimiliki seorang wanita. Jadi arti dari namanya adalah sebuah doa agar dia memiliki kecerdasan yang berseni dan tidak melupakan kodratnya sebagai wanita.
Apa kah do’a ku terlalu sempurna? “Ud’uni Astajib lakum”, itu lah yang diperintahkaNya. UntukNya tidak ada yang terlalu bagus atau terlalu sempurna. Kun Fayakum! Maka jadi lah.
Tapi ternyata tugas membesarkan seorang anak supaya menjadi cedas tidak lah gampang. Hal yang paling berat adalah setiap hari kita dicecar pertanyaan yang tidak pernah terputus. Ya, seorang yang tidak begitu cerdas, tapi disebuat bodoh juga emoh, harus menjawab pertanyaan yang tidak terpikirkan sebelumnya, dan harus memuaskan dia. Whalah..whuh (sambil membuang keringat di dahi).
Kasus terahir yang membuat saya dan istri saya kelimpungan adalah ketika kami sedang belanja di sebuah mini market. Setelah selesai memasukan belanjaan ke dalam keranjang, kami siap-siap bayar di konter pembayaran. Ketika sedang antri, mata anaku terpaku pada sebuah kemasan plastik yang berwarna menarik. Secara replek dia mengambil benda itu dan meminta pada ibunya untuk membelikan satu. Ibunya, tyang adalah istri saya, dan saya terkejut, dan secara serta merta saya menjelaskan bahwa benda itu untuk orang dewasa bukan untuk anak-anak.
Dengan jawaban yang kami berikan, kami berharap masalah akan selesai, tapi jawaban yang diberikan tidak cukup memenuhi ruang dalam otaknya yang tak tahu seberapa besarnya. Otak itu masih meminta penjelasan yang lebih masuk akal bagi dia.
“Benda itu untuk orang dewasa yang sudah menikah. Anak-anak tidak boleh memakai benda itu. Orang dewas pun kalau belum menikah tidak boleh memakai benda itu.” Begitu lah penjelasan yanag kami mampu berikan, tapi nampaknya dia masih penasaran.
“Kenapa tidak boleh?”, itu lah pertanyaan dia yang merupakan PR untuk orang tuanya. Demi solidaritas antara orang tua, Om dan tante, kakek dan nenek dan sebagainya yang menginginkan kecerdasan bagi anaknya, ponakannya, dan cucunya, saya dengan sangat memohon bantuannya untuk dapat memuaskan dahaga keingintahuan anak saya, mungkin juga anak-anak lain nya yang pernah menanyakan pertanyaan serupa.
Atau paling tidak, jika anak anda bertanya pertanyaan serupa, anda bisa mempersiapkan diri dari sekarang dan ketika saat itu terjadi anda siap dengan jawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar