Setelah melakukan aktivitas fisik, sabangsaning senam, game,
lulumpatan de el el, nampak anak-anak TK Al’Amanah itu pada kelelahan, malahan
ada yang hokcay sagala.
Tapi, habis gelap terbit lah
terang, walau pun sedari tadi memang terang benderang. Setelah aktivitas
yang melelahkan akan ada kegiatan yang menyenangkan. Seperti biasa hidangan
makanan dan minuman menanti untuk disikat.
Ketika disuruh antri
untuk mengambil mamin, anak anak serentak berbaris mendekati rapi. Masing
masing ingin menjadi yang terdepan dalam barisan, persis seperti barisan caleg
DPR yang pahibut, paburu buru ingin mendapatkan sofa empuk dengan pengorbanan
mencapai ratusan juta sampai miliaran rupiah. Lieur tidak tuh!
Walau pun tidak seseksi kursi empuk DPR, DPRD atau pun
kepala daerah, kali ini sepotong roti dan secangkir bubur kacang ijo cukup
menggugah selera dan sanggup mengundang tetes air liur anak-anak ini.
Dengan tak sabar mereka berbaris dengan perkakas nya masing
masing, gelas plastik dan sendok. Bubur kacang yang masih ngebul membangkitkan syahwat perut si
buyung dan si upik.
Sambil antri mereka recok seperti sekumpulan bebek yang
menanti ditebar gabah dan cincangan ikan limbah dari pabrik pengolahan ikan.
Salah seorang dari mereka berteriak, “Bu, saya belum
kebagian, Bu. Lapar nih!”. Semuanya juga lapar kaleeeee!
Yang lain tak mau kalah keras berteriak, “Saya nggak mau
rotinya, Bu. Kacang ijonya saja.”
Di barisan bagian belakang
terdengar suara seorang anak perempuan, “Bu, Rehan narik narik kerudung
saya, Bu!”. Sambil lewa lewe mau nangis.
Dan banyak lagi kelakuan anak-anak yang lucu, pikaseurien,
menguras tenaga Ibu Guru, dan yang mendekati pikasebeleun, atau apa pun namaya,
terutama ketika seorang anak laki-laki sambil megangin bagian belakang
celananya memanggil manggil gurunya,
“Bu, Alul ee dicelana, Bu!”
Begitu lah dinamika ngurus bebenyit di TK. Sangat melelehkan
fisik dan fikiran. Tapi dua orang ibu guru itu tetap sabar dan telaten
menghadapi mereka dan bertindak sesuai situasi yang berlangsung. Termasuk
ketika salah seorang dari dua guru itu nyeumpal tangan Syahrul dan membawanya
ke kamar madi.
Barisan sudah menipis. Hanya tinggal tersisa dua orang lagi.
Dan ahirnya semua anak sibuk dengan kacang ijo dan roti bagiannya masing
masing, termasuk Syahrul yang sedang cacamuilan ngahuapkeun roti ke mulut.
Sedangkan celananya? Sudah berganti kain sarung dengan kaos olahraga bagian
belakang agak basah.
Tapi tetap saja yang namanya bocah, ya tetep bocah. Mulut
mulut kecil yang sedang dijejali kacang ijo dan roti itu pantang berhenti
mengeluarkan suara. Hampir semua ikut berpartisipasi menciptakan irama seindah
master pis nya Bithopen.
“Alhammdulillah, ahirnya selesai”, Bu Mumun, salah
seorangguru, ngageregdeng sambil memperhatikan Aldi yang sedang ngepret ngepret
sendoknya. Tayohna mah sendok itu jatuh ke tanah dan selanjutnya dia ambil dan
dia kepret kepret untuk menghilangkan kotoran pasir yang menempel di sendok.
Gerewek dari samping Aldi ada yang ngagerewek, “Bu Ai, Aldi ngotorin baju aku!”. Hilda ngeprak
ngeprak lengan bajunya. Bukannya menjadi bersih, malah jadi tambah kotor.
Nampaknya sendok Aldi yang dikepret kepret telah menodai bagian baju Hilda.
Sedangkan Aldi hanya cungar cengir saja mendapati temannya yang tanpa sengaja
dia dolimi itu.
“Aldi, bukan dikibas kibas begitu. Dicuci sendoknya.” Bu Ai bereaksi terhadap apa yang terjadi
sambil menuntun Aldi ke dekat keran untuk mencuci sendoknya yang kotor.
Sedangkan Bu Mumun ngupahan Hilda yang lagi nginghak
kanyenyerian alatan lengan bajunya yang menjadi kotor.
Ternyata “selesai” atinya belum selesai. Walaupun sekarang
situasi mulai aman dan hampir terkendali. Paling tidak, yang nangis sudah
berhenti, yang ngepret ngepret sendok sudah terduduk kekenyangan, dan yang terpenting,
tidak ada lagi yang ee di celana.
Tapi mulut anak akan tetep saja pada baceo sagala
diomongkeun sambil makan minum, teh.
Jangar juga kepala Bu Mumun dan Bu Ai.
Untuk, setidaknya, meredakan volume suara anak anak, Bu Ai
nyelengkeung, “Makannya jangan pake mulut, yah!”
Untuk sebentaran anak anak meredakan volume suaranya bahkan
ada yang berhenti bicara saheulaanan sambil silih reret dengan temannya. Tapi,
beberapa detik kemudian situasi kembali seperti sebelum Bu Ai bicara pada
mereka.
Tanpa diprediksi sebelumnya, celengkeung, teh, seorang anak berdiri
dan bicara sambil kerung sama Bu Ai, “Kok, makan nggak pake mulut, Bu?”
Suara anak itu tidak terlalu keras namun jelas. Tapi di
telinga Bu Ai terdengar sepert suara gelap ngampar rubak naker, lebih lebar
dari permadani Turki yang paling lebar. Dan pasti lebih lebar dari manusia yang
paling lebar.
Yang membuat situasi tambah genting adalah ketika hampir
semua pandangan anak-anak terarah ke Bu Ai. Pandangan yang benar benar fokus,
yang paling dia dambakan ketika beliau berdiri di depan kelas. Tapi kali ini?
Bu Ai keom!
Bu Mumun sama Bu Ai, “…#@%$^&ζйᾔ!!??...”
Permisi admin
BalasHapusnumpang promo yah bos
Berjudi di dewalotto menang terus dengan jackpot jutaan rupiah setiap hari
bagi yang bingung main judi kalah terus yuk di coba d sini :
www.dewalotto.club
sillahkan di coba Keberuntungan nya bos dalam bermain di dewalotto.club
Dengan min DP 20rb & WD 20rb bos bisa memenangkan permainan Chip Rupiah Asli loh !
Untuk Info selengkapnya Hubungi kami di :
WHATSAPP : ( +855 69312579 ) 24 JAM ONLINE