Di sebagian besar wilayah bumi Nusantara dikenal luas budaya simbolisasi. Ketika ingin mengungkapkan sesuatu , terutama dalam hal-hal yang sensitif atau tabu atau untuk menghindari rasa tidak enak, kebanyakan orang merasa lebih aman bermain dengan simbol-simbol daripada berbicara langsung pokok permasalahannya.
Begitu pula dalam hal sex. Jaman baheula, ketika dunia belum mengenal kendaraan yang digerakan oleh mesin, manusia lebih memilih akrab dengan symbol dari pada disebut tidak sopan atau tak beradab, walau mungkin saja yang menilai tak beradab itu adalah orang yang lebih biadab. Maka, di antaranya, muncul lah Lingga dan Yoni sebagai simbol kelamin laki-laki dan kelamin perempuan.
Ternyata, di jaman keterbukaan dan masa dimana sex bukan lagi hal yang terlarang untuk diperbincangkan, kita masih senang mengakrabi simbol. Walau pun mungkin dalam menyikapinya lebih santai dan ringan.
Entah generasi keberapa setelah Lingga dan Yoni, muncul lah pisang dan kue apem atau surabi sebagai metamorfosa simbol kelamin laki laki dan perempuan. Kalau dalam obrolan santai kita dengan teman atau siapa saja, ketika disinggung kue apem dan pisang kemungkinan obrolan jadi mengarah pada yang panas atau setidaknya hangat. Atau mungkin ada senyum yang tidak normal dan dibalas dengan senyum lagi dari rekan yang lainnya. Meski pun ketika ada kata apem atau surabi atau pisang, yang dimaksud adalah dalam arti harfiah.
Yang menjadi bahan tulisan saya ini adalah pisang!, pisang dalam arti harfiah. Buah dari pohon yang, kalau tidak salah, berasal dari
********************
Kalau dilihat sekilas, tidak terlihat keanehan yang terdapat pada tandanan pisang itu. Tapi kalau diperhatikan sedikit lebih seksama, tampaklah perbedaannya dibanding dengan tandanan pisang yang lain di dekatnya.
Saya mengetahui keanehan itu ketika seorang pedagang kue traditional, yang mampir ke rumah mertua saya, mengomentari tandanan pisang itu. Dia bilang bahwa tandanan pisang itu dua tingkat.
Entah benar atau cuma bualan saja waktu dia mengatakan bahwa kalau dia tahu ketika masih berbentuk jantung, dia akan beli dengan harga tinggi.
Dia melanjutan bahwa dia akan menggunakan jantung pisang itu untuk pengobatan. Kemudian dia menyebutkan beberapa macam penyakit yang bisa disembuhkan dengan jantung pisang itu.
Saya tidak begitu peduli dengan ocehan pedagang itu dan tidak memperhatikan apa yang selanjutnya dia katakan, tapi saya jadi tertarik dengan tandan pisang itu.
Setelah diamati ternyata pedagang pisang itu tidak salah. Memang tandanannya ada dua tingkat. Tingkatan pertama terdiri dari beberapa sisir dengan ukuran pisang yang lebih besar, dan tingkat dua dengan jumlah sisir yang hampir sama tapi dengan ukuran pisang yang lebih kecil.
Walau pun begitu, sekitar tiga sisir pisang tingkat pertama bagian terbawah ukurannya jauh lebih kecil dari ukuran pisang sisiran bagian atas tingkat kedua.
Mungkin kata ajaib yang saya pakai pada judul tulisan bisa dianggap berlebihan. Makanya saya kasih tanda Tanya. Tapi jelas sekali bahwa tandanan pisang ini tidak seperti tandanan pisang pada umumnya. Sebelumnya saya belum pernah melihat tandanan pisang yang bertingkat seperti itu.
Di sini saya juga tidak bermaksud latah memberi informasi atau menyebar berita mengikuti berita-berita aneh yang menyesatkan, seperti tentang anak binatang yang bekepala mirip anak manusia, telur ayam yang terdapat tulisan tertentu, benda atau air yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, dan lain sebagainya.
Saya hanya ingin berbagi tentang sesuatu yang menunjukan kebesaran Allah. Dan dengan tafakur tentang ciptaannNya, diharapkan bisa mempertebal keimanan kita pada Nya, bukannya mengamalkan perbuatan-perbuatan musrik. Demi Allah, hanya Dia lah tempat memohon pertolongan, dan musrik adalah dosa yang tidak terampuni.
Coba perhatikan gambar yang saya ambil ini! Bagaimana menurut anda?
Juga diposting di Kompasiana http://umum.kompasiana.com/2010/03/04/pisangku-ajaib-bagaimana-dengan-pisang-mu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar